Beranda | Artikel
Pengertian Syirik dalam Ibadah
Rabu, 24 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Pengertian Syirik dalam Ibadah merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 11 Muharram 1440 H / 21 September 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad

Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Tauhid Uluhiyyah Menjadikan Seseorang Menjadi Muslim

Kajian Tentang Pengertian Syirik dalam Ibadah – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Makna uluhiyah adalah ibadah. Allah wajib diesakan dalam peribadahan yang kita lakukan. Ibadah kita hanya untuk Dia, bukan untuk yang lainnya. Juga niatnya, hanya karena Dia, bukan karena yang lainnya. Ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Kata Ibnu Abbas, “Kecuali untuk mentauhidkan Allah dalam ibadah itu.” Dan itulah yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau diutus untuk mengajak manusia hanya beribadah kepada Allah dan mentauhidkan Allah dalam ibadah tersebut.

Sedangkan banyak sekali bentuk ibadah. Bisa shalat, zakat, puasa, haji, jujur ketika berbicara, menunaikan amanah, berbakti kepada orang tua, silaturahmi, menunaikan janji, amar ma’ruf nahi munkar, jihad fi sabilillah, berbuat baik kepada sesama makluk, kepada anak yatim, fakir miskin. Semua itu adalah ibadah. Dan niat dari melakukan semua ibadah itu hanya karena Allah.

Kenapa kita jujur? Kenapa kita menunaikan amanah? Kenapa kita berbakti kepada orang tua? Kenapa kita menunaikan janji? Yaitu karena diperintah oleh Allah dan hanya ingin memperoleh balasan dari Allah. Bukan mengharapkan pujian, balasan dan ucapan terima kasih dari manusia, tapi lillah (karena Allah). Itu ibadah yang dilakukan oleh anggota badan kita secara dzahir. Demikian pula ibadah hati.

Jadi, kita wajib meniatkan dan menujukan seluruh jenis ibadah itu dengan seluruh macam variasinya hanya untuk Allah semata-mata. Siapa yang menujukan, meniatkan seluruh ibadah tadi atau salah satu diantara ibadah tadi untuk selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, menyembelih kepada selian Allah, bernadzar untuk selain Allah, istighotsah bukan kepada Allah, termasuk meminta bantuan kepada orang yang masih hidup tetapi orang yang masih hidup itu tidak memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan yang kita minta. Misalnya ketika terjadi gempa, terjadi gunung meletus, lalu manusia berbondong-bondong datang kepada seorang kiayi, mereka meminta agar kiayi menghentikan musibah yang terjadi. Tentu kiayi itu tidak mampu menghentikan kecuali Allah Azza wa Jalla. Adapun meminta tolong kepada makhluk dan makhluk itu mampu memberikan apa yang kita minta, maka tidak apa-apa. Seperti misalnya kita sakit lalu kita pergi ke dokter.

Adapun meminta kepada selain Allah dalam perkara-perkara yang hanya Allah yang mampu, maka tidak boleh. Baik ibadah itu ditujukan kepada patung berhala, pohon, batu, Nabi yang sudah wafat, bahkan kepada malaikat, atau kepada orang yang dianggap wali, maka kita boleh meminta kepada mereka, tidak boleh berdo’a kepada mereka. Karena berdo’a adalah ibadah.

Jika ada orang yang melakukan hal seperti itu, maka dia sudah terjerumus kedalam satu dosa terbesar yang bila tidak ditobati dan terbawa mati, dosa itu tidak akan diampuni oleh Allah Azza wa Jalla. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا ﴿١١٦﴾

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa`[4]: 116)

Adapun kalau sebelum mati dia taubat, dia berhenti dari perbuatan syiriknya kemudian dia ganti dengan hanya ibadah kepada Allah, maka taubatnya diterima. Sebagaimana para sahabat dahulunya orang-orang musyrik, penyembah berhala, kejahatannya tak terkira.

Seperti ‘Umar bin Khattab. Sebelum masuk Islam, dia adalah orang musyrik, penyembah berhala, dia bermaksud dan bahkan sudah diikhtiarkan mau membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kurang apa besarnya dosa Umar ketika itu? Tapi hidayah Allah datang sebelum matinya. Akhirnya dia berhenti dari perbuatan syiriknya, berhenti dari memusuhi Islam bahkan menjadi mencintai Islam, berhenti berniat dari membunuh Nabi shallallalhu ‘alaihi wa sallam bahkan menjadi pembela utama kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keislamannya lurus, bagus dan mati dalam keadaan demikian. Seluruh dosa-dosanya terhapus.

Maka dari itu jangan coba-coba berdo’a kepada selain Allah. Itu yang Allah tekankan dalam banyak ayat Al-Qur’an.

…فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا ﴿١٨﴾

“…janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin[72]: 18)

Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Pengertian Syirik dalam Ibadah – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44957-pengertian-syirik-dalam-ibadah/